twitter


Pada bulan November 2015, saat aku lg suntuk suntuknya mencari kerja,saking suntuknya aku jd agak malas mencari lg, dan aku pingin refreshing, tapi bingung tujuannya kemana, karena pada hari itu aku terlibat obrolan gaje dengan sarnop, dia spontan ngajak aku ke gunung Sibayak, awalnya aku sih males, tp setelah kupikir, aku belum pernah kesana, jadi apa salahnya, akupun ngajak dia naik tanggal 6 Desember, awalnya kami udah deal dan aku ajak sapiun jugak, sukur tabunganku masih ada, jadi bisa lah jalan kesana, seperti biasa kalo jalan2 gak pake drama kayaknya gak seru, mulai dari sarnop malaria, kami belum ada persiapan, masa daki gunung (bermalam pula) gak nyewa tenda maupun matras, gak sedia api unggun dsb. karena aku pikir, ngapain lah heboh, cuma gunung gitu, lah rupanya, Sibayak itu dingiiin sekali. Ide bodohku yg menyarankan fii bawa termos sampai disana makan pop mie aja pun makin terlihat bodoh, karena air termosnya pasa sampai di atas malah jadi air es. Yaudahlah awal kami berangkat dari SM.Raja naik angkot 121 ke Jamin Ginting, sampai di Jamin Ginting, kami tarum diatas Sutra, jumpa sama anak2 SMP 7 org mereka mau daki juga, jadinya kami barengan. Bedanya sama kami,persiapan merek sungguh lengkap jauh berbeda dengan kami.

Sampai di Berastagi udah jam 6 lewat, magrib gitu, lanjut naek angkot kedalamnya, ke pos katanya, bayar registrasi 4rb /org. Setelah sampai, kami berdoa dulu, baru lanjut naik ke atas, tp belum naik ke gunungnya, karena masih ada satu pos lagi baru langsung jalan masuk ke gunungnya (gitulah). Trek nya berat, curam, jalanan aspal rusak, kami miskin pencahayaan karena hasru shemat, yaudah jalannya pake senter mancis, aku yg sering berhenti, capek, udah tua (hahaha). Sesampainya di pos atas, aku, nova, fii beli jajan dan minum, terus buang arir kecil, karena di atas gak ada toilet. Baru kami lanjut naik ke atas, malam itu hujan, jalanan becek, kami gak pake guide, guidenya nova, di memandu kami pake feeling, ada yang kepeleset, aduh ampun lah, kanan kiri jurang gak nampak, karena senter cuma beberapa yang di hidupkan. Sesampainya di atas, inilah pemandangan diatas malam itu.



Lalu adik-adik baik itu membuatkan kami tenda, memasakkan air panas, baiknya, lalu kami tidur,terus terang gak bisa tidur karena dinginnya, aku curhat sama nova karena gak bisa tidur, tapi masih dingin juga. Esokan paginya, kami niat mau menyaksikan sunrise, tapi gerimis, lalu berhenti, akhirnya nampak sedikit mataharinya. 




















Ahirnya kami pulang, poto - poto pas pulang


Sekian

Laila Nurli. Powered by Blogger.